Sunday 12 May 2019

Tulisan ini untukmu, anak agamku!

Hahaha.....

Gelak tawamu membahana. Badanmu yang gempal berjingkrak-jingkrak di tempat tidur. "Lagi Ummi, lagi!" pintamu sangat berharap.

Aku tertawa, menggelengkan kepala dan kau sambut dengan rengekan manja, "Ala..., " katamu menuai protes. Sambil mengedipkan kedua matamu berkali-kali, seolah kumbang yang mendekap manja putik bunga, kaupun terus merayu, "Lagi Ummi, " pintamu entah yang kesekian kali.

Demi memandang indah bibirmu yang merekah, aku mendekati dan mendaratkan hujaman ciuman di pipimu yang kenyal. "Iya.. Iya.., " jawabku mantap seolah mendapat tenaga puluhan joule untuk mengulang lagi cerita yang sama dan itu-itu saja.

Sambil bergerak sedikit keatas demi mendapatkan posisi terbaik untuk kepalaku yang rebahan di samping kepala besarmu, akupun mengulangi cerita yang akupun entah dari mana mendapatkan konsep itu.

Padahal semua sepele, hanya berasal dari rutinitas sepulang taraweh di malam ramadhan ini, dan menunggu giliran dari Abimu yang mengisi toilet kamar untuk bersih badan dan berwhuduk sebelum tidur, maka aktivitas tidur sembarangan dengan santai di kasur sepertinya pilihan. Akan tetapi, jika antrian selanjutnya sudah memanggil aku dan dirimu untuk segera bersiap tidur sebelum tengah malam hadir, maka sesuai kondisi angin, ada kalanya engkau tak usah di suruh atau bahkan seperti badai malam ini, peluh keringat mengucur di badanmu yang telanjang, setelah beberapa perintah yang tak kau gubris sama sekali akhirnya kaupun tunduk tertawa terpingkal dan terbenam bersamaku sambil meminta mengulang apa yang baru saja ku katakan.

Demi mendengar jawaban penolakan darimu dengan klimaks protes sebuah lengkingan panjang, maka sambil menatapmu penuh cinta, akupun berkata, " Hebat, anak Ummi, suaranya besar kali dan nyaring, " pujiku segera yang membawamu terbang terkekeh di atas awan imajinasi, "Tapi kalo nanti dirimu jadi imam pada suatu shalat, Ummi pastikan nenek-nenek yang menjadi makmum di belakang saf akan terkejut, memutar-mutar kepala mereka tujuh keliling dan bleek, pingsan, " lanjutku tegas seraya menirukan dan menampilkan gaya leher patah dengan sedikit lidah menjulur kesamping."

Tak di anya, dirimu tertawa terpingkal bahkan sampai terbatuk hebat. "Lagi, Ummi, lagi!" pintamu harap. Akupun mengulangi sampai beberapa kali dan menggantikan posisi nenek menjadi kakek yang engkau respon dengan lebih menarik lagi, tertawa lepas dan air matamu keluar. Abi yang bersiap mengikat kelambu sangat terhibur dengan sandiwara kita. Tapi karena jam sudah menjelang tengah malam, suara lembutnya kembali menyapa agar kami segera bersiap. Kini engkau segera bangun tanpa paksaan, sambil senyum-senyum kecil wajahmu kemudian menghilang di balik pintu.

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts

Powered by Blogger.

Apakah blog ini bermanfaat?

Translate

Copyright © Ummi Waffa Dan Tulisan | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com