Thursday 17 November 2016

13 kepribadian Aisyah r.a. yang harus dimiliki seorang wanita



Sang Ummul Mukminin ini  adalah seorang putri dari Abdullah yang di juluki Abu Bakar dan terkenal dengan gelar ash Shiddiq.

Ummul Mukminin Aisyah termasuk salah seorang yang telah menampakkan tanda-tanda kecerdasannya yang tinggi sejak kecil.
Wanita kekasih Rasulullah ini sungguh memiliki kelebihan yang tak tertandingi oleh wanita manapun di dunia. Sifat-sifatnya, kepribadian dan kedudukan ilmu yang dimiliki melesatkan beliau menjadi pemimpin semua wanita pada semua generasi.

Terlebih lagi, Ummul Mukminin mendapat kehormatan untuk menjadi teman dan sahabat Rasulullah sejak kecil hingga menjelang dewasa. Dia menghabiskan masa ini di bawah naungan Nabi yang suci. Wajar saja jika hal ini menghantarkan Aisyah kepada akhlak mulia dan kedudukan yang tinggi.

Rasulullah bersabda," Diperlihatkan kepadaku bahwa kalian (para perempuan) adalah penduduk neraka terbanyak." Maka para perempuan bertanya," Karena apa, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab,"Karena sering mengucapkan laknat dan mengkafirkan orang-orang." (Shahih Bukhari, al-haidh, No. 304, az-Zakat, No.1462.  Shahih Muslim, al-iman, No.80, Shalat al-Idain, No. 885. Sunan Ibnu Majah, al-Fitan, No. 4003).

Akan tetapi, kecerdasan Aisyah dengan akhlak dan etika yang mulia, zuhud, wara', menyukai ibadah, sederhana, baik dan penuh kasih sayang kepada manusia menjadi sifat dan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari mampu mampu mengimbangi segala sifat yang merajalela di hati. Aisyah tetap memilih hidup dengan zuhud dan qana'ah.

Di antara sifat-sifat itu, 13 macam cirinya adalah sebagai berikut:

1. Membantu kaum perempuan.

Aisyah selalu menolong setiapkali didatangi seorang perempuan dan dia juga menyampaikan masalah mereka kepada Rasulullah s.a.w.

2. Taat kepada suami

Aisyah selalu memfokuskan semua pekerjaannya setiap pagi dan petang untuk mentaati Rasulullah, melaksanakan perintah, menjauhi larangannya dan melaksanakan hal-hal yang menyenangkan dan membuatnya ridha.

3. Menjaga diri dari ghibah.

Salah satu sifatnya adalah tidak mau membicarakan kejelekan orang lain. Ribuan riwayat yang bersumber dari Aisyah, tidak satupun berisikan pelecehan atau penghinaan terhadap seseorang.

4. Bersikap wara' dan tidak mau menerima hadiah.

Suatu ketika, Umar membawa sebuah peti berisi penuh perhiasan dari Iraq kepada Aisyah, beliau membukanya lalu berkata, "Apa yang dibukakan Ibnu Khaththab untukku setelah Rasulullah? Ya, Allah, janganlah Engkau masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang suka menerima pemberiannya." (Mustadrak Hakim, 4/9, No. 6725)

5. Menghindari pujian dan sanjungan.

Ibnu Abbas sering memuji Aisyah, karena hal tersebut ketika Aisyah sakit menjelang ajal Aisyah menolak kedatangannya. Atas permohonan orang-orang maka akhirnya Aisyah mengizinkan Ibnu Abbas masuk. Manakala Ibnu Abbas mulai memujinya, Aisyah berkata, "aku ingin dilupakan orang."

6. Keras kepala dan tak mau mengalah.

Aisyah adalah seorang yang keras kepala, pencemburu dan tak mau mengalah, tetapi juga sangat adil. Gabungan dari sifat tersebut tidak dimiliki kecuali oleh orang yang telah mencapai derajat akhlak yang tinggi dan perilaku yang sangat baik.
Peristiwa Haditsul Ifki adalah contoh sikap Aisyah yang bertahan dengan pendiriannya manakala beliau di fitnah dan Allah menurunkan ayat yang membebaskannya dari tuduhan tersebut. Juga saat beliau marah kepada Rasulullah, sering Aisyah bersumpah dengan nama Tuhan Ibrahim, bukan Tuhan Muhammad. Ini semua adalah bentuk kemanjaan seseorang kepada kekasihnya, dan ini harus dipahami dalam konteks hubungan suami-istri.

7. Pemberani dan memiliki etos yang tinggi.

Aisyah adalah sosok pemberani, kokoh, tegar dan tidak pengecut. Dia sering berjalan menuju pekuburan Baqi' di tengah malam tanpa takut atau ragu. Pada perang Uhud Aisyah turun untuk memberi minum dan merawat orang-orang yang terluka. Pada perang Khandaq dan perang Jamal, Aisyah pun maju ke baris terdepan.

8. Baik dan murah hati.

Aisyah mewarisi sifat yang merupakan permata mahal dalam dirinya ini dari sang ayahanda yang selalu mendidiknya dengan akhlak ini. Saudarinya Asma' binti Abi Bakar ash-Shiddiq juga memiliki sifat yang sama.
Abdullah ibn Zubair berkata, "aku tidak pernah melihat dua orang perempuan yang lebih baik daripada Aisyah dan Asma'. Kebaikan masing-masing berbeda. Aisyah orangnya suka mengumpulkan sesuatu, dan setelah terkumpul baru,dia membagikannya. Sedangkan Asma' tidak pernah menyimpan sesuatu sampai esok hari."

9. Banyak beribadah.

Aisyah sangat tekun beribadah. Waktunya penuh diisi dengan zikir dan tasbih. Shalat Dhuha, shalat malam, shalat fajar serta membaca Alquran selalu dikerjakannya. Setiap kali Aisyah membaca ayat yang mengandung ancaman, beliau berdoa kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya, dan setiap membaca ayat yang mengandung kabar gembira, beliau berdoa kepada Allah dan meminta-Nya agar dianugerahi hal itu.
Aisyah berpuasa sepanjang hari, termasuk puasa pada hari Arafah. Ketika itu beliau sedang berpuasa. Kemudian Abdurrahman berkata "berbukalah!"
Aisyah menjawab, "berbuka? Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya'." (Musnad Ahmad, 6/128, No. 25014. Majmu' az-Zawa'id, al-Haitsami, 3/189. At-Targhib wa at-Tarthib, al-Mundziri, 2/68, No. 1518).

10. Menjaga diri dari hal-hal remeh.

Aisyah pernah mendengar kabar bahwa keluarganya memiliki permainan dadu di rumahnya. Dia langsung berkirim surat kepada mereka dan berkata, "jika kalian tidak membuangnya keluar, maka aku akan mengeluarkan kalian dari rumahku." Aisyah mengecam mereka karena hal itu.

11. Menyayangi para budak dan mengasihi hamba sahaya.

Budak yang dimerdekakan oleh Aisyah mencapai 67 orang. Seorang budak Barirah yang diperbantukan untuk juru tulisnya akhirnya dibeli Aisyah dan dibebaskan karena sikap budak tersebut yang tidak pernah menerima upah sepeserpun.

12. Membantu kaum fakir dan miskin berdasarkan kondisi masing-masing.

Kisah kedermawanan Aisyah terhadap kaum fakir tidak diragukan lagi. Sering suatu ketika Aisyah hanya memiliki sepotong roti dan ada seorang pengemis datang kepadanya, maka Aisyah memberikan roti itu. Demikian manakala ada sebiji kurma di tangannya, Aisyah tak ragu untuk memberi kepada siapa yang lebih membutuhkan.

13. Sangat memperhatikan masalah jilbab.

Aisyah sangat memperhatikan masalah hijab dan jilbab. Walau di depan seorang yang buta sekalipun bahkan di depan orang yang sudah mati (kuburan), Aisyah tetap menjaga komitmen ini.
Di depan seorang tabi'i buta Ishak, Aisyah menjawab ketika ditanya apakah ia berjilbab, "meskipun engkau tidak melihatku, aku bisa melihatmu." Katanya.
Aisyah berkata, "aku masuk ke bilikku, di mana Rasulullah dan ayahku dikubur, tanpa harus mengenakan hijab, Karena keduanya adalah suami dan ayahku. Namun setelah Umar dikuburkan di situ, demi Allah, aku tidak masuk ke situ kecuali dengan berhijab, sebab aky malu kepada Umar r.a."

Dikutip dari: tulisan Sulaiman an-Nadawi
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts

Powered by Blogger.

Apakah blog ini bermanfaat?

Translate

Copyright © Ummi Waffa Dan Tulisan | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com