Sunday 23 October 2016

Rona Pio di Malam Pengantin




"Hei Pio, di malam buta begini warnamu mengapa merona seperti itu? Kau lagi jatuh cinta ya?"

Pio tersenyum merekah, rona jingganya semakin berpendar. "Aku sangat bahagia Dungi, kau tahu, cintaku berbalas indah malam ini, tak pernah kurasakan nikmat layaknya kali ini, oh...aku bersyukur karenanya." Pio masih tersenyum, akan tetapi isaknya berlomba kini dalam rangkaian gemuruh lain.

Dungi merubah posisi stabilnya. Sambil terus merasakan irama kehidupan, hatinya penuh usik akan keadaan sobat karibnya yang selama ini dia tahu selalu dirundung kelabu. Pasalnya tak banyak kata-kata indah selalu di ucapkannya, yang ada hanyalah diam.

"Tumben kau sesenang ini, apa penawar yang diberikan kepadamu, sehingga racun kebungkaman itu cair sobat?"

"Ah... Dungi, kau tau, sungguh hampir seabad lamanya aku dan kamu berjejak di sini, di tubuh insan yang tak pernah meninggalkan kita. Kau tau juga Dungi, bahwa aku selalu dihujani oleh rasa yang jauh sekali dari penghambaan diri kepada Allah, yang selalu kudapati adalah hujan dari rasa kecewa terhadap manusia, kecewa terhadap dunia, kecewa akan hati yang gundah, dan perasaan lainnya yang aku tau tak ada sesal disana.
.
'Tapi kau tau Dungi, malam ini adalah malam pengantinku, kali ini tubuhku di mandikan oleh air hujan dari sungai yang sudah kembali pada tuhannya." Celoteh Pio, jingganya nampak merona indah.

Dungi mencoba memahami sebab keindahan yang mampu dirasakan sobat dekatnya ini, tapi dia belum mampu.

"Dungi, tahukah kau apa yang membuatnya begitu rindu akan tuhannya malam ini?"

"Bagaimana aku tau Pio, aku tak pernah beranjak dari sini." Dungi melirik tempatnya sendiri.

"Hei, kau tak mendengar pesan yang di bawa oleh darah, konon berasal dari hati beberapa waktu lalu?"

"Tidak, aku sedang tidak konsentrasi mungkin, memang apa isi pesan itu?"

"Aku tidak tau detil cerita yang menyebabkan hati juga gembira, tapi intinya dia katakan 'ada kata-kata penyesalan yang mampu menggetarkan dunia kita, yaitu kata-katanya tentang taubatnya kepada Allah akan apa yang telah di lakukan seumur hidupnya ini, juga dia menyebutkan bahwa dia telah memaafkan dosa atau kesalahan orang lain terhadapnya saat ini dan dosa dia terhadap orang lain yang belum sempat dia minta maaf maka dia memohon agar Allah mengampuni dosanya itu. Oh... indahnya Dungi, andai aku mendengarnya langsung, kupastikan aku tak akan tahan oleh getaran yang ditimbulkan itu, syukurlah hanya hati yang mendengarnya, sehingga gema-gemanya saja yang di hantarkan keseluruh jagat tubuhnya."

"Ah Pio, aku masih belum paham sampai saat ini, rasa itu sungguh sangat jauh dari hayalku, mana mungkin....."

Woo.... tubuh yang berdiri tadi beranjak duduk dan,meninggalkan cermin di kamar itu, dengan segenap kekuatan di tekurkan kepalanya dan tak lama jasad itupun tergeletak menyamping di sisi dipan mewah ini.

Dungi mencoba melanjutkan kata-katanya yang terhenti, akan tetapi ada bahagia yang dititipkan oleh hujan airmata,  sehingga kata itu tenggelam.

"Dungi, lanjutkanlah, aku mendengarmu." Pinta Pio.

"Pio, perasaan apa ini? Mengapa hujan yang dititipkan oleh mata memiliki makna yang menggetarkan aku. Oh indahnya, jadi, apakah ini Pio yang sedari tadi kau rasakan, sungguh nikmat rasa ini, laksana penghambaan diri yang tulus, dan kau tau Pio, perasaan ini hanya dongengan belaka dahulu karena kita dengar hanya dari insan yang bertaubat saja, tetapi saat ini kita berada di tempat yang sama dari hamba ini, sungguh ini bukan suatu kebetulan saja."

Pio tak mampu berucap lagi, dalam sanubarinya, mendapatkan rasa nikmat dari hujan airmata yang mengingat kepada Tuhannya atau apapun yang membuat mata mengalirkannya pada tubuhnya adalah keberkahan tersendiri. 
 Angannya melayang menjemput doa, semoga hujan yang akan terus menggenangi halaman tubuhnya adalah air yang menitipkan pesan taubat kepada Tuhannya. ####

Share:

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Popular Posts

Powered by Blogger.

Apakah blog ini bermanfaat?

Translate

Copyright © Ummi Waffa Dan Tulisan | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com