Kisah generasi masa yang lampau sangat unik untuk terus kita ikuti alur ceritanya dalam Alquran. Walau Allah tidak menceritakan sedetilnya tentang hal mereka, melainkan dengan menyinggungnya pada ayat-ayat Alquran yang tiada tertandingi, tetapi seluas lautan makna yang diberikan. Kita harus menyakini bahwa ada hal terbaik yang dapat kita ambil manfaatnya untuk terus mengkristalkan iman di dalam dada menjadi sebongkah permata.
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang
sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan,
dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka
rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah
sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi mereka lah yang menganiaya diri
mereka sendiri. (QS. At-Taubah: 70)
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang
Nasrani akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada
Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang
yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) serta orang-orang yan beriman (kepada
Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran 67-68).
Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di
dalam Al Qur’an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai
contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang
menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat
nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka
menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi
Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Luth dan
mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka.
Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh.
Al qur’an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang
diikuti Nabi Nuh.
“Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. Sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian
Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar
termasuk golongannya (Nuh). (QS Ash-
Shafaat: 79-83).
Pada masa
Nabi Ibrahim, banyak orang yang menghuni dataran Mesopotamia dan di bagian
Tengah dan Timur dari Anatolia tinggal orang-orang yang menyembah surga-surga
dan bintang-bintang. Tuhan yang mereka anggap paling penting adalah “Sin” yaitu
Dewa Rembulan.
Tuhan mereka ini dipersonifikasikan sebagai seorng manusia yang
berjenggot panjang, memakai pakaian panjang membawa rembulan berbetuk bulan
sabit diatasnya. Lagian, orang –orang tersebut membuat hiasan gambar-gambar
timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka itu dan itulah yang
mereka sembah.
Hal ini merupakan system kepercayaan yang tersebar luas ketika
itu, yang mendapatkan tempat persemaiannya di Timur Dekat (Near East), dimana
keberadaannya terpelihara dalam jangka waktu yang lama. Orang-orang yang
tinggal di wilayah tersebut terus saja menyembah tuhan-tuhan tersebut hingga
sekitar tahun 600 M.
Sebagai akibat dari kepercayaan itu, banyak bangunan yang
dikenal dengan nama “ziggurat” yang dulu dipakai sebagai observatorium (tempat
penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil tempat peribadatan yang
dibangun di daerah yang membentang sejak dari Mesopotamia hingga ke kedalaman
Anatolia, disinilah beberapa tuhan, terutama dewa(i) Rembulan yang bernama “Sin”
disembah oleh orang-orang ini.[i]
Dalam Al Qur’an, perjalanan hidup
Ibrahim digambarkan sebagai berikut :
Ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia berkata : “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia
berkata : “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata :
“Sesungguhnya jika Tuhnaku tidak memberikan petunjuk kepadaku pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit,
dia berkata: “Inilah tuhanku, ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah
terbenam, dia berkata : “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan b umi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. Al-An’an: 74-79)
Baca juga: Kaum Luth, kaum yang dijungkirbalikkan
Baca juga: Kaum Luth, kaum yang dijungkirbalikkan
[i] Everett C. Blake, Anna G. Edmonds, Biblical Sites in
Turkey, Istanbul: Redhouse Press, 1977,.p.13
0 komentar:
Post a Comment